Cara Benar Mendidik Anak
Suatu hari ketika saya sedang berbelanja makanan di supermarket, perhatian saya tertarik terhadap seorang ibu dan anak kecil yang membayar makanan mereka. Si anak mulai berperilaku nakal dan sedang melakukan sesuatu yang buruk mengganggu penjaga supermarket hingga sangat keterlaluan. Si penjaga mendekati anak tersebut dan berkata, "Tolong, bisakah kamu berhenti berlaku seperti itu?" Ketika anak itu tidak mau berhenti dia berkata kepada ibunya, “Mohon Anda hentikan anak Anda melakukan semua ini " Sang ibu menjawab, "Maaf saya tidak percaya tentang mendisiplinkan anak." Itulah kenapa anak saya selalu melakukan hal buruk”.Tak lama kemudian si penjaga dengan tenang mengambil sekotak susu, membukanya dan perlahan-lahan menuangkan isi seluruh sekotak susu itu di atas kepala anak tersebut. Tentu saja sang ibu dan anak itu terkejut dan penjaga dengan tenang berkata kepada wanita, "Ibu saya juga tidak percaya pada kedisiplinan".
Saya pikir ini contoh yang sangat bagus karena menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dalam membesarkan anaknya. Artinya, jika orangtua dapat membimbing anak pada jalan yang benar dalam hidupnya maka si anak juga akan tumbuh menjadi orang yang baik. Karena apapun informasi yang diberikan padanya akan meresap dalam pikiran dan pemahamannya. Misalnya orang tua memberikan informasi atau nasihat yang baik maka informasi yang diserap oleh anak tersebut semua adalah tentang kebaikan. Begitu pula sebaliknya, jika yang diberikan atau yang diajarkan adalah tentang hal-hal yang buruk maka si anak hanya akan mengetahui tentang keburukan.
Orangtua, tentu saja, harus tahu bagaimana membedakan antara yang benar dan yang salah untuk membimbing anak dengan benar dalam masyarakat. Sayangnya, saat ini moral masyarakat sudah mengalami kemerosotan yang parah, bahkan orang tua tidak tahu bagaimana harus bersikap dengan benar, apalagi dengan anak-anak mereka. Saya sering mendengar dan melihat contoh dari anak-anak yang melakukan kenakalan dan orangtua tidak bertindak dengan tepat. Kadang-kadang anak melakukan hal-hal yang nakal, namun orangtua bersikap pasif dan tidak mengatakan apa-apa. Dengan demikian anak tidak tahu bahwa ia melakukan hal yang salah.
Anda juga bisa melihat hal ekstrem lain, di mana anak melakukan sesuatu yang salah, orang tua kehilangan kendali dan mulai memukul anak dalam kemarahan besar, sementara itu kata-kata kotor juga keluar dari mulut orang tua yang digunakan untuk menghina anak. Sebenarnya hal ini terjadi karena oleh kurangnya pengendalian diri dan kurangnya pemahaman dari orangtua. Sikap seperti ini akan membuat anak menjadi sangat takut pada kedua orang tuanya, menyebabkan rusaknya hubungan dalam keluarga, atau akan menyebabkan anak menjadi sangat keras dan nakal ketika orangtua tidak ada. Orang tua harus bisa belajar bagaimana menjaga keseimbangan dalam hubungan-hubungan ini sehingga mereka dapat memiliki keluarga yang stabil dan seorang anak menjadi mempunyai perikelakuan yang baik.
Kebetulan saya pernah menemukan sebuah buku yang berjudul ‘Zhuan Falun’, disitu tertulis tentang pentingnya memberikan informasi yang benar kepada orang lain/anak sepanjang hidupnya. Juga disebutkan tentang hubungan antara karma/dosa dan kehilangan de (pahala atau kebajikan), yang semuanya harus dibayar kembali pada tahap tertentu dalam hidupnya. Hal ini saya pikir sangat benar, saat orang tua mendidik anak dengan hal-hal yang tidak benar, selalu mengajari untuk mengejar kepentingan diri sendiri, bagaimana agar selalu menang dalam segala hal sehingga tidak lagi punya toleransi dan selalu bersikap arogan pada orang lain, selalu diajari harus berani menuntut jika merasa dirugikan tanpa diajari untuk introspeksi diri sehingga suka berbuat sewenang-wenang.
Kesalahan dalam mendidik anak pada akhirnya hanya akan membuat anak sendiri banyak kehilangan de (pahala/kebajikan) sehingga akan menambah karma/dosa pada anak Anda sendiri. Mungkin Anda tidak atau belum bisa membayangkan apa akibat dari hilangnya de dan banyaknya karma/dosa ini. Semua ini membuat anak Anda akan banyak menuai kemalangan dan penderitaan dalam kehidupannya, dan ujung-ujungnya orang tua pula yang pada akhirnya ikut menanggung penderitaannya. Karena dia telah anda ajari untuk selalu berbuat hal-hal yang buruk, telah Anda ajari untuk selalu mengambil keuntungan dari orang lain, dengan demikian dia banyak merugikan orang lain, maka lain waktu dia juga akan mendapat kerugian dalam betuk yang lain sebagai balasannya.
Saya berharap bahwa di masa depan orang tua akan menyadari pentingnya peran mereka dalam membimbing anak-anak mereka dan akan mampu membimbing mereka sesuai dengan standar kebajikan yang benar.(Pureinsight/ran)
Saya pikir ini contoh yang sangat bagus karena menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dalam membesarkan anaknya. Artinya, jika orangtua dapat membimbing anak pada jalan yang benar dalam hidupnya maka si anak juga akan tumbuh menjadi orang yang baik. Karena apapun informasi yang diberikan padanya akan meresap dalam pikiran dan pemahamannya. Misalnya orang tua memberikan informasi atau nasihat yang baik maka informasi yang diserap oleh anak tersebut semua adalah tentang kebaikan. Begitu pula sebaliknya, jika yang diberikan atau yang diajarkan adalah tentang hal-hal yang buruk maka si anak hanya akan mengetahui tentang keburukan.
Orangtua, tentu saja, harus tahu bagaimana membedakan antara yang benar dan yang salah untuk membimbing anak dengan benar dalam masyarakat. Sayangnya, saat ini moral masyarakat sudah mengalami kemerosotan yang parah, bahkan orang tua tidak tahu bagaimana harus bersikap dengan benar, apalagi dengan anak-anak mereka. Saya sering mendengar dan melihat contoh dari anak-anak yang melakukan kenakalan dan orangtua tidak bertindak dengan tepat. Kadang-kadang anak melakukan hal-hal yang nakal, namun orangtua bersikap pasif dan tidak mengatakan apa-apa. Dengan demikian anak tidak tahu bahwa ia melakukan hal yang salah.
Anda juga bisa melihat hal ekstrem lain, di mana anak melakukan sesuatu yang salah, orang tua kehilangan kendali dan mulai memukul anak dalam kemarahan besar, sementara itu kata-kata kotor juga keluar dari mulut orang tua yang digunakan untuk menghina anak. Sebenarnya hal ini terjadi karena oleh kurangnya pengendalian diri dan kurangnya pemahaman dari orangtua. Sikap seperti ini akan membuat anak menjadi sangat takut pada kedua orang tuanya, menyebabkan rusaknya hubungan dalam keluarga, atau akan menyebabkan anak menjadi sangat keras dan nakal ketika orangtua tidak ada. Orang tua harus bisa belajar bagaimana menjaga keseimbangan dalam hubungan-hubungan ini sehingga mereka dapat memiliki keluarga yang stabil dan seorang anak menjadi mempunyai perikelakuan yang baik.
Kebetulan saya pernah menemukan sebuah buku yang berjudul ‘Zhuan Falun’, disitu tertulis tentang pentingnya memberikan informasi yang benar kepada orang lain/anak sepanjang hidupnya. Juga disebutkan tentang hubungan antara karma/dosa dan kehilangan de (pahala atau kebajikan), yang semuanya harus dibayar kembali pada tahap tertentu dalam hidupnya. Hal ini saya pikir sangat benar, saat orang tua mendidik anak dengan hal-hal yang tidak benar, selalu mengajari untuk mengejar kepentingan diri sendiri, bagaimana agar selalu menang dalam segala hal sehingga tidak lagi punya toleransi dan selalu bersikap arogan pada orang lain, selalu diajari harus berani menuntut jika merasa dirugikan tanpa diajari untuk introspeksi diri sehingga suka berbuat sewenang-wenang.
Kesalahan dalam mendidik anak pada akhirnya hanya akan membuat anak sendiri banyak kehilangan de (pahala/kebajikan) sehingga akan menambah karma/dosa pada anak Anda sendiri. Mungkin Anda tidak atau belum bisa membayangkan apa akibat dari hilangnya de dan banyaknya karma/dosa ini. Semua ini membuat anak Anda akan banyak menuai kemalangan dan penderitaan dalam kehidupannya, dan ujung-ujungnya orang tua pula yang pada akhirnya ikut menanggung penderitaannya. Karena dia telah anda ajari untuk selalu berbuat hal-hal yang buruk, telah Anda ajari untuk selalu mengambil keuntungan dari orang lain, dengan demikian dia banyak merugikan orang lain, maka lain waktu dia juga akan mendapat kerugian dalam betuk yang lain sebagai balasannya.
Saya berharap bahwa di masa depan orang tua akan menyadari pentingnya peran mereka dalam membimbing anak-anak mereka dan akan mampu membimbing mereka sesuai dengan standar kebajikan yang benar.(Pureinsight/ran)
Post a Comment